Pages

Kamis, 13 Desember 2012

Tindakan Sosial Marx Weber


Weber memisahkan empat tindakan sosial di dalam sosiologinya, yaitu yang disebut dengan :    Zweck rational, yaitu suatu tindakan sosial yang ditujukkan untuk mencapai tujuan semaksimal mungkin dengan menggunakan dana daya seminimal mungkin.   
Wert rasional, yaitu tindakan sosial yang rasional, namun tetap berpeganganpada nilai-nilai absolute teretentu. Nilai-nilai ini bisa nilai etis, estetis, keagamaan atau nilai-nilai lain. 
 Effectual, yaitu tindakan sosial yang timbul karena dorongan atau motivasi yang sifatnya emosional. Contoh tindakan effectual, ledakan kemarahan seseorang atau ungkapan rasa cinta dan kasihan.
Tradisional, tindakan seseorang yang didorong dan berorientasi kepada tindakan masa lampau. Tradisi di dalam pengertian ini adalah suatu kebiasaan bertindak yang berkembang di masa lampau.
Keempat tindakan sosial ini yang menurut Weber akan mempengaruhi pola-pola hubungan sosial serta struktur sosial masyarakatnya.
Wewenang
Marx weber mengemukakan beberapa bentuk wewenang di dalam hubungan manusia yang menyangkut juga kepada hubungan kekuasaan. Wewenang adalah kemampuan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang diterima secara formal oleh anggota masyarakat. Sedangkan kekuasaan dikonsepsikan sebagai suatu kemmapuan yang dimiliki seseorang  untuk mempengaruhi yang lain tanpa menghubungkannya dengan penerimaan sosialnya yang formal.
Weber mengemukakan jenis wewenag yang disebutnya rational-legal authority sebagai bentuk hieraki wewenang yang berkembang di dalam kehidupan masyarakt modern. Wewenang ini dibangun atas legitimasi yang menurut pihak yang berkuasa merupakan haknya. Organisasi-organisasi modern yang bersifat politis adalah tipe dari wewenang di mana keabsahan si pemegang kekuasaan untuk memberikan perintah berdasar kepada peraturan yang disepakati bersama. Eabsahan untuk membuat peraturan dan menjalankannya selalu berdasarkan konstitusi yang ditafsirkan secara resmi. Para “official” adalah pejabat adalah pemegang kekuasaan untuk memberi perintah tetapi dia tidak pernah menggunakan kekuasaan tersebut sebagai hak pribadinya, melainkan dia menggunakan sebagai suatu institusi impersonal.
Disamping jenis wewenang yang bersifat rational-legal, terdapat juga jenis wewenang yang bersifat tradisional, yaitu jenis wewenang yang berkembang dalam kehidupan masyarakat tradisional. Wewenag jenis ini mengambil keabsahannya dari atas dasar tradisi yang dianggap suci. Jenis wewenang ini dapat dibedakan ke dalam jenis wewenang yang disebut dengan patriarkhalisme dan patriomonalisme. Patriakhalisme adalah jenis wewenang di mana kekuasaan berdasarkan senioritas. Mereka yang lebih tua atau senior dianggap memiliki kedudukan yang lebih tinggi. Contoh dari pathriakhalisme misalnya, adalah wewenang ayah, suami anggota tertua dalam rumah tangga, anak tertua terhadap anggota keluarga yang lebih muda, dll. Sedangkan patriomonalisme adalah jenis wewenang yang mengharuskan seorang pemimpin bekerjasama dengan kerabat-kerabatnya atau dengan orang-orang terdekat yang memiliki loyalitas pribadi kepadanya. Si pemegang kekuasaan adalah mereka yang dianggap mengetahui tradisi yang disucikan.
Ciri khas dari wewenang baik patriakhalisme maupun patrimonalisme adalah adanya system norma yang dianggap keramat yang tidak dapat di ganggu gugat. Si pemegang kekuasaan dalam merumuskan keputusan-keputusannya atas dasar pertimbangan pribadinya, dan bukan atas dasar pertimbangan ‘fungsinya’.
Weber juga memperkenalkan jenis wewenang lain yaitu wewenang kharismatik. Wewenang ini dimiliki seseorang karena kualitas yang ‘luar biasa’ yang dimilikinya. Wewenang kharismatis adalah penguasaan atas diri orang-orang, dimana pihak si tertakluk menjadi tunduk dan patuh karena kepercayaan pada kualitas luar biasa yang dimiliki orang tersebut.
Masalah fundamental dalam studi weber sesungguhnya mempersoalkan hubungan antara gejala agama dengan gejala ekonomi. Dia mempersoalkan hal ini mulai dari mengajukan beberapa pertanyaan dasar tentang : Apakah sesungguhnya gejala ekonomi dipengaruhi oleh gejala agama?
Jawaban yang diajukan weber terhadap pertanyaan demikian, bahwa antara gejala agama dengan gejala ekonomi sesungguhnya memiliki ketergantungan yang timbale balik. Weber mengambil factor agama sebagai salah satu variable dan mencoba menunjukkan pengaruh factor agama terhadap gejala ekonomi dan gejala-gejala sosial lainnya.
Marx weber memusatkan perhatiannya pada ‘etika ekonomi dari suatu agama’ atau apa yang disebutnya dengan wirtschafsethik untuk menemukan pengaruh agama terhadap kehidupan ekonomis. ‘Etika ekonomi dari suatu agama’ bukanlah dogma-dogma agama yang teologis tetapi sebagai bentuk totalitas dari bentuk-bentuk praktis pedoman tingkah laku yang didorong dan dikehendaki oleh agama terhadap para pemeluknya.
Demikianlah, weber memusatkan perhatiannya terhadap factor religi, dan mempelajarinya dalam enam agama yaitu Confusianisme, Hindu, Budha, Kristen, Islam, Yahudi yang kesemuanya dari agama-agama itu dipelajari wirtschaftsethik atau etika ekonomi dari masing-masing agama tersebut, dengan akibat-akibat yang ditimbulkannya terhadap organisasi dan tingkah laku dari para pemeluk agama-agama tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar